Warga Pleret Ciptakan Mesin Penghancur Sampah yang Punya Nilai Ekonomis Tinggi

 

Foto: Smol.id/Rangga Permana


Warga Pleret Ciptakan Mesin Penghancur Sampah yang Punya Nilai Ekonomis Tinggi

Salman Al Farisi

Minggu, 21 Agustus 2022 | 14:45 WIB

Suluh Media Online

https://www.smol.id/news/pr-714226215/warga-pleret-ciptakan-mesin-penghancur-sampah-yang-punya-nilai-ekonomis-tinggi


SMOL.ID - Sampah memang menjadi persoalan tersendiri, apalagi kalau tidak ditangani secara serius pasti bakal membawa dampak bagi masyarakat bahkan bisa membawa ke persoalan kesehatan.

Untuk menjawab tantangan yang cukup rumit tersebut, masyarakat Pleret tak kenal lelah dan putus asa akhirnya berhasil menciptakan mesin penghancur sampah yang ramah lingkungan.

Menurut Iman Samroni, salah seorang penggerak Kampung Bijak Sampah di Pelret, Kabupaten Bantul, kepada Smol.id, Minggu, 21 Agustus 2022 menyebutkan, setelah berhasil menciptakan alat penghancur sampah yang ramah lingkungan.

Kemudian mereka berhasil merubah sampah menjadi bahan yang berguna. Misalnya, membuat conblok, porselin, pot bunga dan banyak lagi lainnya sesuai keinginannya mau membuat apa.

Dari keberhasilannya tersebut, akhirnya Kalurahan Pleret, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul, pekan lalu (18/8) dikukuhkan sebagai 'Kampung Bijak Sampah' di Kabupaten Bantul,

Pengukuhan tersebut dilakukan di Joglo Semar Badranaya Subyantaran, Padukuhan Kanggotan, Kalurahan Pleret, Kapanewon Plret, Kabupaten Bantul.

Pengasuh Kampung Bijak Sampah, Nur Subiantoro mengatakan, sampah akan menjadi permasalahan jika tidak diselesaikan dari sumbernya. Sebab, kata dia, persoalan sampah tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja.

Oleh karena itu, dengan mesin pengolah sampah terutama sampah plastik yang menjadi residu dan tidak punya nilai ekonomis, diolah menjadi batu pemecah gelombang, bantalan kereta api, paving blok hingga produk lainnya dengan cara yang ramah lingkungan.

"Hanya dengan tiga alat pengolah sampah plastik, sampah yang sudah tidak ada nilainya, bisa dijadikan bahan material seperti conblok dan sebagainya,'' katanya.

Ketiga mesin penghancur sampah tu, adalah mesin pencecah, mesin mixer dan yang terakhir mesin pencampur dan mesin pres. ''Dengan mesin ini, sampah bisa dibuat sesuai selera. Misalnya, mau buat pot bunga atau porselin juga bisa.

Cara kerja mesin pencacah, yaitu mencacah plastik menjadi bagian kecil-kecil, kemudian plastik yang menjadi bagian kecil-kecil ini dicampur dengan pasir pada alat mixer dengan pemanasan menggunakan listrik tanpa dibakar.

Setelah tercampur dengan pasir, lanjut dia, kemudian campuran pasir dengan plastik yang telah dicacah menjadi bagian kecil kemudian dituangkan ke dalam cetakan seperti cetakan paving blok atau yang lainnya.

"Kalau membuat paving bisanya dari adukan pasir dengan semen, maka plastik yang tidak punya nilai ekonomis ini akan menggantikan semen. Sehingga secara nilai jual juga bersaing bakan lebih murah, namun kualitasnya tidak kalah," katanya.

"Yang jelas sampah plastik yang tidak punya nilai ekonomis dan mencemari lingkungan ini bisa dioleh menjadi substitusi semen. Produk yang hasilkan juga tak kalah kualitasnya dibandingkan paving yang dibuat dari campuran semen dan pasir,'' tambah dia.

Nur Subiantoro yang juga Wakil Ketua I, DPRD Bantul ini menjelaskan, alat pengolah limbah sampah plastik kapasitasnya baru 15 kilogram, jika nanti kapasitasnya ditambah maka akan semakin banyak sampah plastik yang diolah,'' timpal dia.

Sehingga sampah plastik tidak akan dibuang ke tempat penampungan sampah sementara atau ke TPST Piyungan, namun cukup sampai ditingkat kalurahan dan diolah menjadi produk yang punya nilai ekonomis tinggi.

"Kampung Bijak Sampah ini selaras dengan program Bantul Bersih Sampah atau Bantul Bersama Tahun 2025 yang akan datang. Ini baru dilakukan di Kalurahan Pleret, jika dilakukan di 74 kalurahan lain di Bantul, maka masalah sampah bisa diatasi tanpa menimbulkan masalah lainnya," ujarnya.

Sementara Ketua Komunitas Bijak Sampah, Megan Pramudia mengatakan, alat pengolah sampah plastik yang punya nilai ekonomis ini dan ramah lingkungan ini hasil produksi juga ramah lingkungan.

Komunitas Bijak Sampah menilai kegiatan bersih-bersih sampah yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok-kelompok masyarakat hingga instansi pemerintah atau swasta dinilai cukup baik, namun belum menyelesaikan permasalahan sampah itu sendiri.

Sehingga Komunitas Bijak Sampah lebih fokus untuk menciptakan kampung bijak sampah, sehingga diawali dari wilayah yang kecil maka sampah tersebut bisa diselesaikan di wilayah tersebut.

‎Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul, Ari Budi Nugroho mengatakan, sampah akan menjadi masalah ketika tidak diselesaikan dari sumbernya.


Komentar