Warga Pleret Bantul Ubah Residu Plastik jadi Batako, Begini Caranya

 

Tri Setyawati. Sumber foto: Rahajeng Pramesi


Warga Pleret Bantul Ubah Residu Plastik jadi Batako, Begini Caranya

Rahajeng Pramesi

Jumat, 19 Agustus 2022 | 11:00 WIB

https://www.ayoyogya.com/ngayogyakarta/pr-394207500/warga-pleret-bantul-ubah-residu-plastik-jadi-batako-begini-caranya

BANTUL, AYOYOGYA.COM - Sampah plastik berupa residu seperti tas kresek,  bungkus mie instan, bungkus kopi instan, bungkus minuman ringan dan lain-lain selama ini menjadi salah satu persoalan yang belum ditemukan solusinya.

Penanganan residu plastik ini masih belum tuntas karena selalu menimbulkan persoalan yang baru.

Namun berkat ide brilian, di tangan tim investor senblok yang digawangi oleh Tri Setyawati, persoalan residu plastik ini dapat teratasi.

Sejumlah warga Kampung Bijak Sampah di Kampung Kanggotan, Kalurahan Pleret Kapanewon Pleret mampu mengubah residu sampah plastik menjadi barang bernilai tinggi yakni batako.

Koordinator Tri Setyawati menuturkan prinsip kerja dari alat mereka sebenarnya cukup sederhana yaitu pertama dengan menggiling residu plasti menjadi lebih halus berukuran serat. 

Hasilnya kemudian dimasukkan ke dalam mesin pencampuran, di mana ada pencampuran pasir dengan residu plastik yang telah dihaluskan.

Dalam mesin pencampuran tersebut, terjadi proses pemanasan residu plastik tersebut sehingga mencair dan mampu berfungsi menjadi perekat. Konsep yang mereka kemas sebenarnya memfungsikan residu plastik sebagai atau pengganti semen.

"Jadi sama, setelah tercampur langsung bisa kita cetak," terangnya 

Selain tidak memerlukan pembakaran, keunggulan alat yang mereka ciptakan ini membutuhkan waktu singkat untuk mencetak batako atau benda lain karena hanya 5 sampai 10 menit. Dan batako yang dihasilkan bisa langsung digunakan, tidak seperti produk sejenis menggunakan semen yang butuh waktu 28 hari untuk dimanfaatkan. Di samping itu, produk mereka juga lebih keras dibanding produk sejenis.

Tri menambahkan, mesin prototipe yang mereka hasilnya memang belum akan mereka kembangkan ke skala industri. Karena mereka masih belum mengetahui berapa ketersediaan bahan baku atau residu plastik yang ada di lapangan.

"Kami belum memiliki data berapa sih ketersediaan residu plastik ini,"terangnya.

Untuk investasi, lanjut Tri, sebenarnya tidak membutuhkan dana yang besar. Dibanding dengan insemerator, modal yang dibutuhkan tidak begitu besar. Sehingga ia yakin semua kelompok peduli sampah seperti bank sampah mampu menerapkannya.

Ide pengolahan sampah ini bermula dari keprihatinannya terhadap banyaknya residu plastik yang belum mampu diselesaikan dengan tuntas. Sampah-sampah plastik seperti tas kresek, bungkus mie instan ataupun minuman ringan belum bisa ditangani dengan baik.

"Kalau di pemulung, di bank sampah ataupun tempat lain, residu ini bingung mau dikemanakan karena tidak laku dijual,"terang dia.

Memang, sudah ada pihak yang mencoba mengolah residu plastik menjadi produk berdaya guna lainnya, namun selalu menimbulkan persoalan baru. Seperti ketika dikonversi menjadi minyak tanah, ternyata menimbulkan persoalan pencemaran udara karena plastik tersebut harus dibakar ketika disuling menjadi minyak.

Oleh karenanya, melalui berbagai percobaan akhirnya tim inverter mampu menciptakan tehnologi yang mereka beri nama Senblok. Sebuah alat membuat berbagai conblock dengan bahan residu plastik dan pasir. Keunggulan alat yang mereka ciptakan ini tidak memerlukan pembakaran.

"Konsep kita memang tidak melakukan pembakaran," ujar dia. 

Wakil Ketua DPRD Bantul, Nur Subiyantoro yang merupakan warga asli Kanggotan Pleret menambahkan dirinya dan warga mulai mencanangkan  Kampung Bijak Sampah.

Nur mengakui residu plastik selama ini menjadi persoalan bagi pengelolaan sampah selama ini. Jikapun sudah diolah, selama ini hanya sebatas memperpanjang usia plastik belum end product. Ketika diolahpun selalu menimbulkan persoalan baru.

Nur mengaku warga Kanggotan Pleret punya mimpi besar yakni tidak ada lagi TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terakhir). Hal ini karena semuanya sudah diselesaikan di masing-masing kampung.

---------

Kliping pemberitaan Pencanangan "Kampung Bijak Sampah" (꧁ꦏꦩ꧀ꦥꦸꦁꦧꦶꦗꦏ꧀ꦱꦩ꧀ꦥꦃ꧂) Berbasis Teknologi Hijau 

Joglo Semar Badranaya Subyantaran (꧅ ꦗꦺꦴꦒ꧀ꦭꦺꦴꦱꦼꦩꦂꦧꦢꦿꦤꦪꦱꦸꦧꦾꦤ꧀ꦠꦫꦤ꧀꧅)

Pleret, Bantul

18 Agustus 2022  ǀ Kamis Legi, 20 Sura 1956 


Komentar